top of page

Game Online Bisa Bikin Rugi Negara?

  • funtechnet
  • Apr 8, 2019
  • 3 min read

Salah satu game online dengan pengguna terbanyak di Indonesia, Playerunknown's Battlegrounds atau yang biasa di sebut dengan PUBG (pubji).

Perkembangan teknologi di Indonesia sangat cepat, mulai dari sektor yang kecil hingga yang besar salah satunya game online. Ya, game online merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan pengguna paling cepat di negri ini. Newzoo, lembaga riset global yang berbasis di Belanda, menggambarkan bagaimana negara +62 kita menjadi salah satu dari enam negara yang jadi pasar terbesar game online di Asia Tenggara. Secara global, pendapatan dari industri game online Indonesia pada tahun 2018 masih sangat besar meski turun satu peringkat dari posisi 16 pada 2017. Nilainya mencapai 1.084 miliar dolar AS dan tertinggi di ASEAN.

Namun, pendapatan dari transaksi game online ini tidak dinikmati pemerintah Indonesia. Ibaratnya, Indonesia cuma menyediakan lapak dan pembeli, sementara pedagangnya datang dari luar negeri.


Atas kondisi tersebut, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mewanti-wanti soal potensi kerugian negara akibat perkembangan industri game online ini. Menurutnya, aliran dana ke luar negeri dari dalam game online bisa membebani neraca pembayaran atau balance of payment Indonesia.

Logikanya, game online yang bisa diunduh gratis ini memang memberlakukan in app purchase (pembelian dalam aplikasi) meski nominalnya cenderung kecil di kisaran Rp7 ribu hingga Rp10 ribu. Jika dikalkulasikan dengan jumlah gamer yang banyak, maka potensi uang yang lari ke luar negeri pun akan cenderung besar. Kalau di seluruh dunia ada 700 juta pemain, sementara sekali main menghabiskan 0,5 dolar AS, di Indonesia bisa jadi 2 juta yang main, itu uang keluar semua untuk gim itu.

Peneliti ekonomi dari Institute for Development of Economies and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan, potensi game online untuk membenahi neraca pembayaran saat ini masih sangat kecil dibandingkan dengan jasa transportasi serta pariwisata. “Memang benar tentang ada aliran dana keluar dari adanya penggunaan game online dalam negeri. Akan tetapi, ada juga, kok, gim yang berasal dari developer lokal yang banyak digunakan oleh gamers luar negeri.”

Hanya 0,4 persen pendapatan gim lokal dari total 73,1 juta potensi konsumen. Jauh dari harapan Kemenkominfo yakni 50 persen.

Namun dari hasil penelitian Agate, salah satu pengembang game lokal asal Indonesia, gim lokal hanya mendapat 0,4 persen dari total pangsa pasar dalam negeri, padahal ada 73,1 juta pengguna smartphone di Indonesia yang berpotensi menjadi konsumen. Ini jelas masih jauh dari target yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang mematok target 50 persen penguasaan pasar gim dalam negeri pada 2020. Saat ini, transaksi gim online Indonesia hanya dinikmati beberapa pengembang besar seperti Tencent, Moonton, dan NetEase. Game online yang dipopulerkan ketiga developer asal Cina itu antara lain berjenis battle royale seperti Knives Out dan Player Unknown's Battle Ground (PUBG) Mobile; atau gim berjenis multiplayer online battle Arena yakni Mobile Legend. Kondisi ini juga diperparah dengan jumlah investasi pada industri game lokal yang masih sangat sedikit.

Menurut data yang sama, investasi game online Indonesia hanya 2 juta dolar AS.


Sementara Cina, Korea Selatan, dan Vietnam, nilai investasinya berturut-turut mencapai 5 miliar dolar AS, 1 miliar dolar AS dan 50 juta dolar AS. Direktur Jenderal Aplikasi dan Telematika Kemenkominfo, Semuel Abrijani mengaku belum tahu proporsi pengembang gim lokal dalam industri ini. Namun, ia mengklaim pemerintah telah mendorong ekosistem industri ini makin kuat dan bisa berkembang, salah satunya lewat road-map industri game online yang dirumuskan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kemenkominfo, kata Semuel, juga terbuka terhadap usulan yang dapat mendukung pertumbuhan game online. Termasuk, memperbarui regulasi hingga menerapkan pembatasan durasi permainan serta klasifikasi usia.

Dari data Asosiasi Game Indonesia (AGI) sendiri tercatat ada 21 perusahaan game besar di tanah air yang menjadi anggota AGI, antara lain Ranob Media Interactive, Garuda Games, Megaxus, Gudang Voucher, Agate International, Logika Interaktif, Jotter Production, Ulin Game Works, Aruline, Qeon Interactive, Game Web, Wave Game, Lyto, Digital Happiness, Altermyth, Toge Production, Faveo, Arsanesia, Night Spade, Gempon dan GameLevelOne. Selain pasar domestik, developer game asal Indonesia itu punya peluang besar untuk merambah pasar global.

Comments


© 2019 Prototype Of College's Task

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page